CerpenHari Ibu: Surat Terakhir buat Mama Surat Terakhir buat Mama 'Gaby..Gaby' teriak mama yang baru pulang kerja Di usianya yang masih dini, bukankah seharusnya ia mendapat curahan kasih sayang dari kedua orang tuanya, khususnya ibu? Seperti anak lain pada umumnya. Di sayang, di manja, masa pertumbuhan yang harusnya menjadi saat

Klik tombol Play untuk mendengarkan artikel - Cerita pendek atau cerpen adalah karya tulisan yang tidak sepanjang novel dan memiliki batasan-batasan tertentu karena disebut sebagai cerita yang pendek. Biasanya sang pembaca akan dengan mudah menyelesaikan cerpen dalam sekali baca karena konfliknya yang cenderung tidak terlalu rumit dan panjang ceritanya yang tidak sepanjang novel atau karya tulis lainnya. Cerpen bisa berisi banyak tema, salah satunya adalah tentang hari ibu. Hari ibu diperingati pada 22 Desember sebagai satu hari yang didedikasikan khusus untuk para ibu yang sudah memberikan kasih tanpa pamrih kepada anaknya. Berikut ini adalah 3 cerpen tentang hari ibu. 1. Kado Terbaik karya Asri S Ruri berjalan gontai menuju rumahnya. Dia baru berpapasan dengan Zahira yang membawa kue mini untuk Ibunya. Kue itu memang cantik, dengan gambar Ibu dan anak kartun dari whipping cream merah muda. Akan tetapi, Ruri sempat menguping saat Zahira berkata harga kue itu lebih dari uang saku miliknya, bahkan setara saat dia mengumpulkannya selama sebulan. Dengan begitu, Ruri mengerti dia tidak bisa memberikan kue cantik untuk ibunya. Bocah kelas 4 SD itu lalu menimang-nimang untuk memberi hadiah hari Ibu pada bulan berikutnya. Namun, Ruri benar-benar tidak tahu apakah bulan depan dia tetap layak merayakan hari Ibu. Pasalnya menurut paparan gurunya Hari Ibu datang setahun sekali. Lantas, apakah Ruri pantas untuk menunda-nunda perayaan hari Istimewa tersebut? Tanpa disangka kaki kecilnya telah sampai di teras. Kemudian pemilik rambut keriting itu mengintip seseorang dari lubang di bilik bambu rumahnya. Tampaknya neneknya masih tidur sehingga Ruri tidak perlu repot-repot menyiapkan makan siang. Kemudian Ruri cepat-cepat berlari ke halaman belakang, lalu melewati jalan setapak hingga menemukan sungai yang keruh. Di sana ada jembatan sempit yang dinding-dindingnya tampak ditumbuhi oleh lumut. Kaki kecilnya lantas terus melangkah dengan antusias hingga menemukan pusara ibunya di antara ratusan pusara warga Desa. “Kata Bu Guru hari ini adalah hari Ibu. Selamat hari Ibu ya ibuku tersayang,” katanya sambil mencium pucuk pusara ibunya. “Aku ingin membeli kue cantik, Bu. Aku akan memberikannya untuk nenek bulan depan. Sedangkan ibu akan mendapat Alfatihah istimewa dariku hari ini,” tambahnya. Setelah itu, ruri kembali ke rumah untuk merawat neneknya. Baca Juga 8 Contoh Cerpen tentang Sekolah Lengkap dengan Penjelasannya 2. Hari Ibu Bukan 22 Desember “Ndah, besok kita ke pameran yang ada pasar malamnya itu ya. Kamu bantuin aku cari buket.” “Buket, untuk apa sih, Ra?” Aku sungguh tahu bahwa dirinya baru saja selesai mandi. Semerbak shampo sachet masih tercium hingga seluas ruang tamu sederhana rumah ini. Memang sih. Rara orangnya selalu saja seperti itu. Di kala libur, ia sering kali tiba-tiba bertamu ke rumahku syahdan mengajakku untuk jalan-jalan. Walaupun terkadang aku sampai jenuh gara-gara introvert-ku terganggu, tapi seru juga. Setidaknya aku bisa menjaga rutinitas mandi setiap pagi. Toh, cukup banyak juga kan anak perempuan seumuranku yang keasyikan rebahan di saat liburan hinggalah lupa mandi. Tambah lagi sekarang ini sudah masuk libur semester. Ya, mandinya paling-paling setelah nanti sang surya tergelincir. Itu pun kalau ingat. Dan…kalau Emak di rumah sudah mulai naik darah. “Itu lho, Ndah. Lusa kan tanggal 22 Desember Tahun 2021.” “Memangnya kenapa dengan tanggal 22, Ra. Aku kan ulang tahun di bulan Juni?” “Hiks. Indah, Indah. Besok itu Hari Ibu lho. Makanya aku ingin cari-cari karangan bunga yang murah-murah untuk Mamaku.” “O gitu. Oke deh. Memangnya selama ini kamu belum pernah kasih Mamamu hadiah gitu?” “Hehe. Belum, Ndah. Ada juga dua tahun yang lalu. Itu pun juga di Hari Ibu. Aku juga ingatnya gara-gara diumumkan di sekolah oleh wali kelas.” “Hadeh. Dasar Rara!” “Lho, memangnya kenapa, Ndah? What’s wrong with me?” “Hemm. Absolutely wrong, Say!” Ada-ada saja nih sahabatku. Aku sontak menjadi kesal tersebab kisahnya. Masa sih sahabat terbaikku ini terakhir kali memberikan hadiah kepada mamanya dua tahun yang lalu! Sungguh sudah sangat lama. Dan, masa iya dirinya ingin beli buket yang murah. Mendengarnya saja jadi pening kepalaku. * “Nak, besok pagi-pagi Indah temani Ibu ke pasar, ya. Tadi Ayah baru saja nelpon bahwa lusa ada beberapa rekan kerjanya yang ingin bertamu.” “Oke siap, Bu.” Rara belum sempat bersandar di bangku ruang tamu, tiba-tiba Ibuku menghaturkan permintaan. Aku sepertinya harus membikinkan ia segelas teh hijau. Entah mengapa aku mulai merasa bahwa ia sedang bersungut. “Ndah, jadi besok bagaimana? Kok kamu malah mengiyakan ajakan Ibumu daripada aku?” “Nah, kan. Esmosi niyeee! Ya iyalah Ra. Itu Ibuku lho. Perempuan terbaik di dunia ini. Sedangkan kamu adalah sahabatku dan kita baru berkenalan tiga tahun yang lalu.” “Jadi…” “Hehe, sabar, Ra. Bukankah sebagai seorang anak kita harus meninggikan bakti kepada Ibunda? Dan aku pikir, dengan memenuhi hajat alias keinginan Ibuku, itu tandanya aku sedang memberikan hadiah kecil kepadanya.” “Hahaha. Indah, Indah. Kamu ada-ada saja. Hadiah ya hadiah, bantuan ya bantuan. Paling tidak kamu belikan buket, atau kue, atau perhiasan deh untuk Ibumu.” “Ehem. Indah, kamu tahu sendiri kan, aku hanyalah orang biasa yang berasal dari keluarga sederhana. Berat rasanya bagiku untuk memberikan Ibunda hadiah, apalagi jenis hadiah yang dimaksud adalah seperti ucapanmu tadi. Jikalau begitu ukuran hadiah untuk Ibu, mungkin aku akan sangat sulit sekali berbakti kepadanya.” Rara pun terdiam tanpa kisah. Ia tak bisa menyanggah ucapanku. Kupikir, remaja cantik itu takut salah bicara hingga nanti kiranya aku bakal sakit hati. Padahal tidak! Aku tidak sebaper itu. “Ra, menurutku hadiah untuk Ibunda tercinta itu tidak harus selalu dengan uang, barang, atau perhiasan. Ketika kita membantunya dengan sepenuh hati dan tidak membantah setiap nasihat baik, aku rasa itu adalah hadiah terbesar yang bisa kita berikan kepada Ibu. Di luar sana, mungkin banyak anak yang lebih kaya dari kita, dia bisa memberikan apa pun kepada Ibunya. Tapi ternyata? Masih saja ada keributan di antara mereka gara-gara si anak kurang taat, sedikit berbakti, dan tidak perhatian dengan orang tua. Aku tidak ingin seperti itu, Ra.” Rara kembali terdiam, tapi kali ini ia lega. Sontak saja diambilnya gelas berisi teh hijau dan langsung diminumnya hingga beberapa teguk. Perempuan ini benar-benar adalah sahabat sejatiku. Rara sungguh mau berbesar hati menerima opini jujurku. Engkau hebat, Ra! “Ndah, jadi, sebenarnya Hari Ibu itu bukan tanggal 22 Desember, ya?” “Begitulah, Ra. Sejatinya Hari Ibu itu terjadi setiap hari, dan setiap hari adalah kewajiban kita sebagai seorang anak untuk membahagiakannya.” “Oke siap. Tapi besok siang kamu masih mau kan temani aku cari buket?” “Mau dong. Nanti setelah pulang dari pasar, aku kabari ya.” “Nah, cakep. Besok aku traktir kamu deh!” “Wah, mantap ini. Aku mau boba!” Baca Juga 7 Contoh Cerpen Romantis, Kisah Cinta Pasangan yang Tulus 3. Rindu Ibu Tak jarang aku dibuat iri dan kesal karena ibu jarang ada di sisiku. Sementara teman-temanku yang lain mereka mendapat kasih sayang seorang ibu setiap harinya. Ayah hanya mengatakan hal yang sama berulang sabar sayang, ibu bukan tak sayang kamu, tapi ia harus bekerja dulu, sabar…” Ya, ibuku bekerja sebagai TKW di luar negeri, tepatnya Singapura. Alih-alih mengurus anaknya sendiri, Ibu mengurus anak orang lain di sana. Hari silih berganti waktu terus berputar, tak terasa aku belum melihat ibu secara langsung selama tiga tahun. Selama itu aku hanya menghubunginya via video call. Akhir-akhir ini pun aku sering acuh jika jika VC dengannya. Aku tampak marah karena memang kesal. Kesal karena rindu ibu. Tampak terlihat jelas kalau ibu pun kecewa, ia tahu anaknya marah karena selalu diminta pulang, tapi tak bisa. “Ibu di sini karena kamu, sabar nak tinggal beberapa bulan lagi ibu pulang,” kalimat yang sering ibu ungkapkan ketika aku menagih pulang dirinya. Di sekolah rasa kesalku terkadang belanjut sehingga membuat aku malas untuk belajar. Beruntung, teman-temanku sering mengajak aku bermain, setidaknya rasa rindu bercampur kesal kepada ibu sedikit hilang. Pada suatu hari, ada seorang siswa baru bernama Ani. Ia datang dari kampung yang jauh untuk pindah ke kota. Lantaran ayahnya kini bekerja di sini. Ani terlihat sebagai anak yang baik dan lembut. Namun, saat diajak main sepulang sekolah, ia selalu menolaknya. “Aku mau bantu ayah bekerja,” jawab Ani setiap diajak bermain. Di satu pagi dengan kekesalan yang sama—dan rindu yang sama—aku datang ke sekolah dengan wajah muram. Ani yang melihatnya pun penasaran. “Kamu kenapa Debi? Ko cemberut?” “Kesal sama ibu,” jawabku singkat. Ani tambah penasaran. “Kenapa kesal?” Aku jawab rasa kekesalanku dan alasan ibu bekerja di luar negeri. Ani tersenyum mendengarnya dan terlihat lega’. “Ani, kenapa kamu malah tersenyum? Bukankah kamu akan kesal jika mengalami hal serupa seperti aku?” tanyaku. Gadis baik ini menjawab singkat. “Kamu beruntung,” jawab Ani. Aku tambah kesal. “Kenapa bisa disebut beruntung?” “Kamu beruntung karena masih punya ibu,” jawab Ani. Aku sedikit kaget. “Ibuku meninggal beberapa bulan lalu karena kecelakaan. Pindah ke sini karena bapak ingin melupakan momen bersama ibu dan bekerja sebagai pedagang keliling karena di kampung bisnis bapak hancur karena ia terus ingat dengan ibu.” “Aku dengan ayah sama, perasaanku sama, aku rindu dan hancur tanpa ibu. Berat meninggalkan kampung halaman yang di mana aku besar dengan ibu di sana.” “Tetapi hidup terus berjalan dan bapak perlu bekerja.” Aku hanya terdiam mendengar cerita Ani. “Debi, maaf kalau aku lancang dan mungkin seperti sok tahu. Tapi ingatlah, ibumu masih ada walau berjarak jauh. Kasih sayangnya membuat ibu harus pergi jauh. Tak apa, ibumu pasti pulang. Rindu yang akan terbalaskan meski masih lama itu kangen yang menyenangkan.” “Sementara aku, kangen ku tak akan terbalas. Rasa kangenku sulit disembuhkan.” Setelah perbincangan hangat itu hidupku berbalik. Melihat sudut pandang lain dan membuat aku mencoba mengerti posisi ibu. Kini, tak ada kesal karena rindu. Namun aku memilih menunggu dengan bahagia karena kangen ibu. Baca berita update lainnya dari di Google News. Baca Juga 9 Contoh Cerpen tentang Kehidupan, Memberi Motivasi dan Inspirasi

Mengambilsatu tema atau konflik dalam kehidupan. Cerita pendek berfokus pada satu permasalahan. Sehingga tokoh juga harus disesuaikan. Manfaat Refleksi Melalui Cerpen Kehidupan Sehari-hari. Banyak hal diperoleh melalui cerita pendek dari kehidupan sehari-hari, diantaranya: Banyak cerita ditulis berdasarkan kisah nyata.

Cerpen Karangan Alyaniza Nur AdelawinaKategori Cerpen Anak, Cerpen Keluarga Lolos moderasi pada 2 May 2017 Aku bingung. Kalimat pertama yang cocok untuk puisiku. Besok hari ibu. Madrasahku mengadakan berbagai macam lomba. Ada lomba membaca puisi dengan tema ibu, menyanyi lagu tentang ibu, membuat gambar tentang ibu, dan menulis dan membaca cerpen tentang ibu. Aku mengikuti lomba membaca puisi. Akhirnya aku mendapat ide. Sebait, dua bait, tiga bait… Akhirnya selesai juga. Aku latihan mimik wajah, penghayatan, dan intonasi puisi bersama Mas Allam kakakku. Aku menggunakan suara kecil, agar bunda tidak mendengar. Biar besok kubuat surprise pada saat lomba. Memang besok boleh membawa ibunya. PUKUL WIB… KRING… KRING… KRING…!!! Bunyi jam wekerku berbentuk menara eiffel. Aku segera terbangun. “Hoam!!” uapku seraya mematikan jam weker. “Aulidia!!! bangun, dah pagi!!!” teriak bunda dari dapur. “Iya Bunda. Aulidia mandi dulu!!!” teriakku lembut. Aku menyambar handuk dan segera mandi. Usai mandi, aku mengenakan baju lengan panjang warna merah polos, celana jeans semata kaki, kerudung putih, rompi panjang tanpa lengan warna biru tua bergambar hati. Hampir seluruh rompi bergambar hati!Tak lupa jam tangan. Memang dibolehkan memakai pakaian bebas kecuali perempuan wajib pakai kerudung putih. Lalu kuisi tas ransel kecilku dengan kertas puisi, uang sangu, smartphone memang boleh bawa handphone/smartphone, air minum, dan beberapa snack. Lalu kugendong tas dan menuju meja makan. “Pagi Bunda, Mas Allam!” sapaku sesampai di meja makan. “Pagi, Aulidia,” sapa mereka. Lalu aku sarapan. Oya! aku kelas 4 MI Indahnya Islam. Mas Allam bersekolah sama denganku, ia kelas 6. Usai sarapan, aku mengenakan sepatu dan menuju madrasah. Sesampainya, aku menuju kelasku. “Hai Auli!” sapa seseorang. Itu Shiren, my BFF. “Hai Ren!” sapaku. Kami mengobrol. “Oya! kamu ikut lomba apa, Ren?” tanyaku. “Hmmm… aku cuma ikut lomba membuat gambar. Kamu ikut apa, Aul?” jawab Shiren. Memang Shiren pandai menggambar. Asal kalian tahu, setiap pelajaran menggambar dia selalu mendapat nilai tertinggi di kelas! “Aku membaca puisi,” jawabku. Akhirnya lomba pun dimulai. Para ibu wali murid sudah duduk di kursi yang disediakan. Ini saatnya lomba puisi. Duh, deg-degan coy! Peserta pertama dari kelas 4. Sesuai absen! untung aku yang keempat. Pertama Aan Saputra, kedua Afisa Setyaningsih, ketiga Atiqah Laurren, keempat… “Kita panggilkan peserta keempat dari kelas 4, Aulidia Hasty Firdausi!” panggil Ustadzah Ritha, selaku MC lomba. Aku segera maju. Kubungkukkan badan. “Assalamualaikum, salamku. “Waalaikum salam Kutarik napas pelan, lalu ku membacakan puisi tanpa teks. Memang aku sudah hafal benar. Pengorbanan Ibu Karya Aulidia Hasty Firdausi Setetes-setetes darah mengalir… Keringat dan air mata yang mengucur Kau tak pedulikan semua itu… Demi Anak-anakmu… Do’a mu yang tulus nan sederhanamu… Siang… Malam.. Kau tak pedulikan… Di Fikiranmu hanya membuat anaknya menjadi sukses Pengorbananmu kadang kulupakan Sampai akhirnya… Maaf jika baktiku belum sempurna kepadamu… Selamat jalan.. Ibu Sampai akhirnya usia menjemputmu.. Ibu.. Menempuh jalan panjang menuju haribaannya… Tuhan Semesta jagad raya Semoga… Kita dipertemukan oleh takdir… Kita kan tersenyum beriringan semerbak harum surga amin… Prok.. Prok.. Prok.. Tepuk tangan yang sangat, sangat bergemuruh. Kulihat sekilas mata bunda dari kursi penontong berkaca-kaca. Aku membungkukkan badan, dan turun dari panggung. Aku beri teks puisiku kejuri. Langsung kupeluk bunda. “Puisinya sangat bagus, sayang. Kejutan yang sangat istimewa,” ucap bunda seraya mencium pipiku. “Makasih bunda!” jawabku. “Bagus, sekali, Aulidia. Tak sia-sia mas ngajari kamu,” ujar mas Allam tiba-tiba datang. “Andai ayah di sini, pasti bisa melihatku. Sayang, ayah dinas ke Brunei Darussalam,” uraiku. “Bun, aku ke kelas dulu!” pamitku seraya menuju kelas. “Bagus sekali, Aul!” ucap Shiren. Ternyata Shiren sudah siap menggambar. Lalu aku dan Shiren mengobrol. Akhirnya pengumuman juara. Pertama menggambar. Shiren ternyata juara 2. Ini saatnya lomba puisi. Duh, tegang rasanya! “Baik, saatnya juara lomba membaca puisi dengan tema ibu’. Juara tiga adalah Vica Varysta. Vica segera maju. Juara 2 adalah Sheno Naveero. Sheno silakan maju. Dan juara satu adalah…,” Ustadz Maulana Kepala madrasah memutuskan pembicaraannya. Ih! Ustadz Maulana suka begitu!’ batinku. “AULIDIA HASTY FIRDAUSI!!! Aulidia segera maju ke depan.” Aku tak menyangka bisa juara 1! Puji syukur kuhanturkan pada Allah. Aku menerimanya. Bunda bangga kepadaku. Ia memelukku sangat erat. Bukan kemenangan yang kubahagia-in, tetapi peluk dan cium dihari istimewa ini. Oya! mas Allam, juara 1 lomba menggambar! Hebat, ya mas Allam… Cerpen Karangan Alyaniza Nur Adelawina Facebook Alya Aniza Maaf kalau nggak nyambung. Soalnya kehabisan ide… Cerpen Hari Ibu merupakan cerita pendek karangan Alyaniza Nur Adelawina, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Dibalik Rencana Tuhan Oleh Nur Afida Ry Bagian 1 Awal ibu meninggalkan ku Awal saat ibu pergi meninggalkanku serta ayah dan juga kakak-kakakku, sejak saat itu aku memutuskan untuk ikut tinggal bersama tante serta om ku. Kontes Dangdut Semilyar Part 1 Oleh Erlina Wati “KONTES DANGDUT SEMILYAR Sesion 7!! … datang dan ikutilah kontes dangdut terbesar tahun ini,” Riri membaca keras-keras. Mungkin sebuah brosur online. Ia sangat serius membaca dan memahami isi dari Semua Karena Nayla Part 2 Oleh Iqbal Saripudin “Ibu kok nangis?” tanya Nayla melihat air mataku jatuh saat menatap foto pernikahanku dengan Mas Amran delapan tahun silam. “Ndak, Ibu ndak nagis kok,” kuusap air mata yang sedari Older Oleh Pleiades Malam-malam mencekam kembali datang. Lebih dingin dari biasanya. Kebut-kebutan di jalanan guna menghilangkan sedikit beban pikiran, dia lantas berhenti di depan sebuah rumah makan. Bukan karena perutnya yang keroncongan, Takdir Yang Bertindak Oleh Jenicia Renata, SMP Tarakanita 1 Jakarta Jumat adalah hari yang terasa sangat damai. Keluarga kecil yang tidak lengkap ini, duduk bersama di depan sebuah layar sembari mengikuti ibadah daring yang ditayangkan lewat youtube. Akhirnya ibadah “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
3Contoh Cerpen Singkat Lucu. 3.1 Unsur Intrinsik Cerpen Lucu. Hari ini hujan deras datang seharian lamanya. Aku melihat keluar jendela dan menyaksikan genangan air mulai terbentuk dengan cukup tinggi. Kulihat Ayah dan Ibu sudah mulai membereskan barang-baran dan mengangkatnya satu sama lain dengan posisi menumpuk. Akhirnya hari itu adalah hari di mana kenangan pengorbanan seorang Rena demi Ibunya berakhir. Kenangan itu kini hanya bisa di ingat dan dikenang, semua itu adalah kenangannya demi Ibunya. Cerpen Karangan: Fadillah Amalia KELASXI CERPEN. 1. Bacalah penggalan cerpen berikut dengan saksama! .Ibu makin jarang di rumah. Tinggal aku dan ayah yang mengurus sawah. Terkadang ibu baru pulang setelah beberapa hari. Tetapi, kejarangan ini tidak pernah menimbulkan rindu kami lagi. Walau adikku yang terkecil. Kami sudah biasa. CerpenTerbaik-Kejutan Hari Terakhir-Kimberly. Mataku tidak kunjung terpejam. Masih terdengar suara ribut-ribut di luar. Tiba-tiba pintu dibuka dengan kasar dan Ibu masuk ke dalam. Kulihat dia membuka lemari, mengambil sesuatu di situ, lalu pergi ke luar. Tidak lama kemudian terdengar suara sepeda motor pergi menjauh dan Ibu kembali masuk ke kamar. GFqn9. 190 220 439 276 38 115 118 154 105

cerpen tema hari ibu